Pages

Kamis, 09 Oktober 2025

Nuraya Penerima SATU Indonesia Award 2024 Bidang Pendidikan Children Program

 

Anak Anak Maluku "Children Program"
Anak Anak Maluku "Children Program"

Pulau Maluku merupakan serpihan surga yang ditaburi rempah-rempah dan bingkai oleh laut biru, Namun dibalik ke indahan alamnya, tersimpan kisah-kisah perjuangan, terutama bagi generasi muda yang tumbuh di tengah keterbatasan atau warisa konflik masa lalu. Disinilah hati nurani yang tulus dari seorang wanita yang bernama Nuraya ingin mendedikasikan hidupnya untuk merajut kembali harapan melalui program yang sangat sederhana, namun besar artinya “Children Program”  

Nurani lahir tahun 1970 dan besar di salah satu pulau kecil Saparua Maluku Tengah. Dia bukan berasal dari keluarga berada atau berpendidikan tinggi, ayahnya seorang nelayan, sedangkan ibunya seorang penganyam tikar. Namun dari orang tuanya, Nuraya mewariskan dua hal esensial yaitu : ketabahan ombak yang tak pernah lelah menghantam karang dan kearifan local yang melihat laut bukan sekedar sumber nafkah melainkan sebagai guru kehidupan.

Pendidikan formal Nuraya hanya sebatas tingkat menengah, namum buku-buku lama yang dia temukan di perpustakaan desa daari cerita para tertua kampung adalah universitas sejatinya. Nuraya cepat menyadarinya, jurang antara Maluku dan pulau-pulau besar lainnya bukan hanya tentang jarak geografis, melainkan akses terhadap ilmu pengetahuan dan kesempatan.

Titik Balik Kehidupan Nuraya

Pada masa kelam yang pernah menyelimuti Maluku, Nurasa sebagai dewasa muda, dia menyaksikan langsung bagaimana konflik sosial merenggut masa depan yang telah meninggalkan luka psikologis mendalam, terutama pada anak-anak. Anak-anak yang seharusnya bermain dan belajar. Dipaksa untuk menghadapi trauma, perpecahan dan kehilangan.

Di tengah puing-puing itulah, Nuraya membuat sebuah janji pada dirinya sendiri, bahwa dia tidak ingin ada lagi generasi Maluku yang kehilangan masa depannya karena warisan masa lau. Nuraya melihat bahwa pendidikan adalah vaksin terbaik melawan kebencian dan kebodohan, dan kasih saya adlah obat untuk menyembuhkan luka batin. Setelah masa pemulihan, alih-alih merantau ke kota besar. Nuraya memilih untuk menetap. Dia memulai pergerakannya secara informal, mengumpulkan anak-anak tetangga di teras rumahnya untuk sekedar membaca, bernyanyi dan mendengarkan cerita.


Anak-anak Maluku "Children Program"
Anak-anak Maluku "Children Program"


Inilah asal mulanya “Children Program” mulai dari tekad yang membaja dan tikar yang digelas di bawah pohon rindang serta pengalaman yang keras dan cintanya pada budaya Maluku membuat Nuraya menjadi sosok yang empati, tegas, namun sangat hangat menjadikan figure sentral yang sangat dihormati di komutasnya.

“Children Program” yang digagas oleh Nuraya bukan hanya sekedar bimbingan belajar tambahan, namun program ini adalah ekosistem pendidikan holistic yang di rancang khusus untuk konteks Maluku yang menggabungkan nilai-nilai lokal dengan tuntutan zaman modern dengan metode tiga pilar.

Pilar Pertama : Pendidikan Kritis dan Kreatif

Progran Nuraya pada ”Children Program” berfokus pada literasi fungsional, kecintaan membaca dan berfikir kritis. Dia menggunakan metode yang sangat menyenangkan. Anak-anak diajak berbicara tentang pengalaman mereka, menulis surat untuk pemimpin daerah dan berhitung menggunakan hasil tangkapan laut atau hasil kebun. Yang paling penting, program ini memiliki sesi kelas damai. Di sesi ini, anak-anak dari latar belakang agama atau suku berbeda didorong untuk bekerja sama dalam proyek seni atau permainan tradisional.

Pilar kedua : Konservasi Bahari dan Identitas

Maluku merupakan rumah lautan yang kaya, karena itu Nuraya memahami bahwa mencintai Maluku berarti mencintai lautnya. Kurikulum yang dai gunakan menyertakan materi tentang konservasi lingkungan, khususnya ekosistem laut.

Anak-anak secara rutin diajak ke pantai untuk belajar tentang mangrove, cara membuang sampah yang benar, dan pentingnya menjaga terambu karang. Mereka tidak hanya diajari, namun tetap dilibatkan seperti menanam bibit mangrove, membersihkan pantai, dan mendokumentasikan keindahan alam mereka, agar dapat menumbuhkan rasa kepemilikan dan tanggung dan tanggung jawab terhadap identitas mereka sebagai anak-anak pulau.

Pilar ketiga : Pemberdayaan Seni dan Budaya

Untuk menyembuhkan trauma masa lau, Nuraya menggunakan kekuatan seni dan budaya, seperti buka Kelas Tari Tradisional, Permainan alat musik tifa, dan cerita rakyat menjadi agenda wajib. Dengan malalui tarian dan lagu, anak-anak tidak hanya melestarikan budaya, namun dapat menyalurkan emosi dan energy negative menjadi karya yang positif dan indah.


Anak Anak Maluku "Children Program"
Anak Anak Maluku "Children Program"


Program ini berhasil menarik perhatian beberapa sukarelawan muda, baik dari universitas local maupun perantau yang pulang kampung. Mereka membantu Nuraya mengembangkan modul pembelajaran, membuat program ini semakin terstruktur, dan memperluas jangkauan ke desa-desa tetangga.

Kini, Nuraya telah berhasil menciptakan ruang aman yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak Maluku, dimana ruang tersebut mereka boleh bertanya tanpa takut, boleh berbeda tanpa terancam, dan boleh bermimpi tanpa batas. Semangat “Satu Rasa, Satu Hatu” kini bukan sekedar slogan, malinkan praktik sehari hari.

Kisah Nuraya sebagai pengingat bagi kita semua, bahwa untuk mengubah dunia, kita tidak selalu membutuhkan sumber daya yang besar, namun hati yang tulus dan visi yang jelas. Nuraya telah membuktikan, bahwa ditengah tantangan, kesabaran dan ketenangan yang dia tularkan kepada anak-anak merupakan modal paling berharga untuk membangun masa depan Maluku yang damai dan cerdas. Dengan pencapaian ini Nuraya telah mendapat penghargaan SATU Indonesia Award 2024 dalam bidang Pendidkan “Children Program”

#APA2025-KSB

 

Penulis 

Adi Putih