Pages

Senin, 23 Oktober 2023

Konservasi Laut Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

 

Konservasi Laut Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

Konservasi Laut Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir


Selesai menamatkan kuliah di salah satu universitas swasta di kota Padang, David Hidayat memutuskan kembali ke kampungnya di Sungai Pinang – Pesisir Selatan – Sumatera Barat. Berawal dari hobi menyelam selama kuliah, David Hidayat menyalurkan hobi-nya untuk Berdayakan Laut dan Masyarakat Lewat Konservasi terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.

 

Saat ini, Terumbu karang butuh pencahayaan matahari untuk tumbuh dan tetap hidup. Kita khawatir dengan kabut asap yang terjadi akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan terumbu karang. Karena adanya penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan atas ulahnya perilaku masyarakat yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan, para wisatawan-pun yang tanpa sadar merusak dan membunuh biota laut yang apabila dibiarkan terus menerus terjadi akan berdampak buruk bagi kelestarian alam dan berimbas pada ekonomi masyarakat sekitar

 

Siapa sangka, di tengah pemberitaan kabut asap yang menyelimuti wilayah Sumatra akhir-akhir ini, ternyata ada seorang pemuda pesisir yang justru mengkhawatirkan nasib terumbu karang, yang beberapa tahun belakangan sedang dirawatnya. “Saya juga anak nelayan, bapak saya seorang nelayan” ungkap David Hidayat, pria berdarah Minang, untuk memelopori kelompok Anak Desa Sungai Pinang (Andespin) dalam upaya konservasi lingkungan pesisir di desanya.

 

David Hidayat sebagai Pendiri komunitas Anak Desa Sungai Pinang (Andespin) mengatakan bahwa ide dan gagasan untuk melestarikan kawasan pesisir pantai di Sungai Pinang sudah ada,  ketika dia masih duduk sebagai mahasiswa Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan di Universitas Bung Hatta - Kota Padang, sekitar tahun 2008. Dari kuliah sampai sekarang saya memilih mengembangkan potensi daerah atau kampung sendiri, jadi tamat kuliah langsung pulang kampung,” ujarnya. Waktu itu, potensi hutan mangrove di Sungai Pinang belum dikelola ataupun dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.

 

Terumbu Karang
Terumbu Karang

Pada Tahun 2015, David menyelesaikan kuliahnya hingga tuntas. Kemudian David Hidayat sempat bekerja di salah satu kantor pemerintahan nagari di Sungai Pinang selama enam bulan pada periode tahun 2016. Meski jauh dari kegemarannya, pada saat itu, David Hidayat tetap mengupayakan isu pelestarian laut.

 

Terumbu Karang dan Keterlibatan Nelayan Pesisir 

David memulai aktivitas konservasi di Sungai Pinang dengan kegiatan penanaman dan perawatan terumbu karang. David melakukan transplantasi terumbu karang yang diambil dari indukan bibit terumbu karang yang sudah ada. Kemudian bersama kelompoknya, dibuatkan wadah dari beton hingga rak-rak besi. Proses pertumbuhannya pun cukup lama, David mengaku selama berkegiatan, terumbu karang yang tumbuh paling tidak sekitar 2 cm per-tahun.

 

Proses pemeliharaan terumbu karang ini, membuat nelayan menjadi lebih sadar dan peduli dengan pelestarian terumbu karang. Kebanyakan masyarakat mulai beralih dan takut menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan lagi. Saat ini, kawasan yang ditanami 20 ribu bibit terumbu karang yang diinisiasi David bersama kelompoknya itu, dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai objek wisata hingga penelitian.

 

Hutan Mangrove dan Pemberdayaan 

Sejak tahun 2009, David telah melakukan penanaman bibit mangrove di pesisir pantai Sungai Pisang, Pesisir Selatan. Dalam kegiatan pelestarian mangrove ini, keterlibatan masyarakat terutama ibu rumah tangga lebih besar ditimbang kegiatan terumbu karang. Bersama kelompok Andespin, David tak henti mengupayakan kesadaran masyarakat sekitar dengan cara keterlibatan aktif di setiap kegiatan konservasinya.

 

Hutan Mangrove dan Pemberdayaan

Sejak 2009 hingga sekarang, setidaknya sudah 50 ribu bibit mangrove yang berhasil di tanam di antaranya di Pantai Manjuto dan juga Pantai Erong, Pesisir Selatan. David mengaku, dengan keterlibatan di Komunitas Anak Desa Sungai Pinang (Andespin) ini, warga sekitar lambat laun akan sadar bahwa ekosistem laut yang dijaga, akan berbanding lurus dengan sistem penghidupan dan lingkungan yang lebih bersih dan madani.

 

Ssat ini, kawasan mangrove telah muncul sumber pencaharian, penopang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar. Dari yang hanya menggantungkan pihak suami untuk melaut, kini ibu-ibu di sekitar hutan mangrove mampu menambah pencaharian dengan kepiting dan juga langkitang. Hutan mangrove sangat menarik untuk kunjungan wisata yang otomatis memberi dampak ekonomi bagi warga sekitar.

 

Pada tahun 2021, Komunitas Anak Desa Sungai Pinang (Andespin) menjalin kerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui BPSPL Padang dalam pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi masyarakat Yaitu “Batik dan Kopi Mangrove”. Selain memberikan pelatihan dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional kepada ibu-ibu di sekitar Desa Sungai Pinang, bantuan lain seperti alat perlengkapan membatik dan membuat kopi serta peralatan selam juga diberikan untuk membantu menunjang program yang dilakukan.

 

Ketekunan David dalam upaya pelestarian lingkungan Pantai Sungai Pinang, Davi Hidayat memperoleh salah satu pemenang dalam apresiasi 13th Semangat Astra Terpadu untuk (SATU) Indonesia Awards 2022 bidang lingkungan yang diselenggakan Astra Indonesia digelar di Jakarta, bertepatan dengan hari sumpah pemuda, Oktober lalu.

 

Penulis : Adi Putih

Jumat, 20 Oktober 2023

Siti Salamah Ciptakan Sistem Pengelolan Sampah Berbasis Teknologi

 

Siti Salamah Ciptakan Sistem Pengolahan Sampah
Siti Salamah Ciptakan Sistem Pengolahan Sampah

Pertengahan tahun 2019, Siti Salamah merupakan penggagas Waste Solution Hub. Pada kegiatan sosial ini, berfokus pada pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular di daerah urban. Program kegiatan sosial ini dapat memberikan solusi terkait permasalahan sampah untuk melakukan pendekatan sistem teknologi terintegrasi yang melibatkan multi dan pihak khususnya dilingkungan kehidupan para pemulung.

 

Program Waste Solution Hub. merupakan program pengelolaan sampah dengan beberapa program Pengelolaan Sampah Event dan cluster perumahan dilakukan dengan proses end-to-end untuk menambah nilai berkelanjutan. Kemudian Pelatihan Intensif Pemulung dilakukan untuk memberikan peluang tambahan dan keterampilan. Selain itu ada Program Konsultan Keberlanjutan untuk menghilangkan risiko dan tetap berkelanjutan, untuk proyek zerowaste.

 

Bank sampah merupakan upaya gerakan swadaya masyarakat untuk memberikan pembelajaran kepada warga masyarakat dalam mengurangi volume sampah dari sumbernya melalui upaya memilih dan memanfaatkan kembali sampah yang masih memiliki nilai ekonomi.

 

Berdasarkan total produksi sampah nasional tersebut, diketahui bahwa sebanyak 65.71%  atau 13.9 juta ton sampah dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29% atau 7,2 juta ton sampah belum terkelola dengan baik. Karena itu, banyak yang harus dibenahi tentang penanganan sampah seperti :

1.     Pemilihan sampah

2.     Pengumpulan pada tempat pengolahan residu

3.     Pengangkutan sampah menuju TPA

4.     Pengolahan sampah

5.     Pengembalian sampah (residu).

 

Pada era perkembangan teknologi, kemajuan yang pesat sangatlah membantu kehidupan manusia, bahkan mampu menciptakan peluang untuk menghasilkan inovasi-inovasi terbaru. Hal tersebut telah dirasakan oleh Siti Salamah perempuan tangguh asal Tengerang Selatan, Banten. Beliau merasa bahwa kemajuan teknologi saat ini, ikut andil dalam mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. 


Sampah yang telah dipisahkan
Sampah yang telah dipisahkan

Pelatihan Intensif Pemulung 

Waste Solution Hub. telah memberdayakan pemulung lebih dari 1.222 orang di wilayah Tangeran Selatan, dan lebih dari 171 sukarelawan terlibat, serta donasi untuk Pekerja Informal (Pemulung) selama pandemi sebanyak 5006 paket sembako yang telah didistribusikan. Waste Solution Hub punya target memiliki 10.000 mitra pemulung, meningkatkan pendapatan pemulung sebanyak 100 persen, mengelola 1.000 ton sampah per hari, menghasilkan lebih dari 1.000 produk daur ulang dan mengembangkan lebih dari 10 area pusat daur ulang dan pembelajaran di seluruh Indonesia.

 

Sebagai contoh misalkan dari 0,68 kg sampah perhari yang dikumpulkan oleh pemulung bukanlah jumlah yang sedikit, apalagi jika sampah yang dihasilkan adalah sampah plastik, sampah yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai. Kita bisa bayangkan betapa semakin padatnya bumi dan tentunya masa depan generasi mendatang dengan kumuhnya sampah mengharuskan hidup perdampingan dengan sampah. Kita bisa lihat TPA Bantar Gebang, masyarakat penghuni disekitranya bergelut dengan baunya sampah.

 

Sejak awal dibentuk hingga saat ini, Waste Solution Hub telah meraih banyak pencapaian diantaranya mengedukasi lebih dari 23.435 pengunjung, mengelola sampah sebanyak 4.388 kilogram. Harapan kedepannya Waste Solution Hub mampu menjangkau lebih banyak masyarakat serta mencapai target yang lebih tinggi dengan berbagai program-program kegiatan sehingga permasalahan sampah dan kondisi sosial khususnya di lingkungan kehidupan para pemulung dapat teratasi secara maksimal.

 

Dengan keberhasilan yang diraih Siti Salamah dengan program Waste Solution Hub sebagai Penggerak Sistem Pengelolaan Sampah Terintegrasi Berbasis Teknologi, Merupakan Apresiasi Astra yang diberikan kepada anak bangsa yang senantiasa memberi manfaat bagi masyarakatdalam Bidang Lingkungan dan Teknologi Karena itu, Siti Salamah daerah Tangerang Selatan - Banten telah mendapatkan penghargaan Penerima Apresiasi Kategori Kelompok tahun 2021.

 

Penulis : Rahmat Adi

 

Senin, 16 Oktober 2023

Smile Train Indonesia Membawa Rahmad ke Apresiasi SATU Indonesia Awards

 

Rahmat Maulizar
Rahmad Maulizar

20 September 1993 merupakan kelahiran Rahmad Maulizar, selama 18 tahun Rahmat merasakan pahitnya menjadi orang yang menderita bibir sumbing. Tidak nyaman, tidak percaya diri, dan juga tidak berani bercita-cita yang lebih besar, baginya sungguh tidak mudah untuk dijalani. Namun, Rahmad tidak pernah kecewa dengan keadaan ini. Baginya, pemberian Allah adalah yang terbaik, dibalik semua-nya pasti allah memiliki rencana yang indah untuk hidupnya.

 

Rumah sakit Malahayati – Banda Aceh, dengan program Smile Train Indonesia menyediakan layanan gratis bibir sumbing dan langit-langit mulut bagi pasien yang tidak mampu di propinsi Aceh. Sampai pertengahan tahun 2019 lebih dari 3200 pasien bibir sumbing yang sudah mendapatkan pelayanan gratis, salah satunya adalah Rahmad Maulizar yang ditangani oleh Dr. M. Jailani, SpBP-RE (K), dokter ahli bedah plastik yang menjadi mitra Smile Train di provinsi Aceh.

 

Keberhasilan menjalani operasi membawa pengaruh besar pada hidupnya, sehingga Rahnad bisa tersenyum sempurna. Sejak itu Rahmad mulai menjadi pribadi yang jauh lebih percaya diri dan tidak lagi takut mempunyai cita-cita yang tinggi. Tahun 2010 Rahmad mulai bergabung dengan Smile Train sebagai pekerja sosial, berkeliling hingga ke pedalaman Aceh untuk mensosialisasikan adanya operasi bibir sumbing gratis dengan mencari anak-anak penderita bibir sumbing untuk dioperasi.

 

Sebagai orang yang pernah mengalami bibir sumbing, saya bisa merasakan beratnya hidup mereka. Karena itu, saya putuskan untuk mengabdikan diri membantu penderita bibir sumbing untuk bisa memiliki senyum baru yang sempurna," ungkap Rahmad yang merupakan alumnus Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Teuku Umar. 


Seorang bayi yg wajahnya ditutupi kain
Seorang bayi yang wajahnya ditutupi kain


Pengabdian Penuh Tantangan 

Mencari anak-anak penderita sumbing di Aceh untuk dioperasi gratis bukanlah pekerjaan yang mudah. Apalagi sebagian besar penderita bibir sumbing berasal dari keluarga tidak mampu yang tinggal di desa-desa dengan kondisi geografis yang menantang, sangat sulit-nya mendatangi dipedalaman aceh, hingga Rahmad menggunakan motor trail. Selain itu tantangan datang dari masyarakat, bahwa sebagian warga masih menggap bibir sumbing sebagai aib yang tidak bisa disembuhkan, sehingga bila ada anggota keluarganya yang menderita bibir sumbing akan disembunyikan.

 

Rahmad Maulizar pernah menjumpai ada seorang bayi yang wajahnya ditutupi kain karena orang tuanya malu memiliki anak dengan bibir sumbing. Padahal sumbing merupakan kondisi medis yang bisa ditangani dengan operasi rekonstruksi. Namun hal ini kurang dipahami oleh masyarakat karena minimnya akses informasi. Tidak sedikit orang tua yang menolak anaknya dioperasi dan menganggapnya sebagai takdir. Saya bahkan pernah diusir, disiram pakai air saat hendak masuk ke rumah salah satu keluarga penderita bibir sumbing,” cerita Rahmad.

 

Tidak mengenal lelah, hampir setiap hari Rahmad Maulizar berkeliling ke penjuru desa di Provinsi Aceh untuk mencari anak-anak penderita bibir sumbing. Mengajak pasien dan keluarganya untuk datang ke rumah sakit agar bisa mendapatkan pelayanan operasi bibir sumbing gratis dari Smile Train Indonesia yang merupakan badan amal internasional untuk anak-anak yang memberikan operasi perbaikan sumbing gratis serta perawatan sumbing komprehensif kepada anak-anak.

 

Menyelusuri Pedalamam Aceh menggunakan motor Trail
Menyelusuri Pedalamam Aceh menggunakan motor Trail 

Raih Satu Indonesia Awards 2021 

Atas semangat dan ketulusannya membantu anak-anak penderita bibir sumbing, Rachmad menjadi salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 untuk bidang kesehatan. Sebelumnya saya tidak pernah menyangka bisa mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Awards 2021. Apresiasi ini membuat saya semakin bersemangat untuk membantu anak-anak Aceh penderita bibir sumbing mendapatkan senyum baru dan harapan hidup baru. Karena Bagi Rahmad Maulizar, manusia terbaik adalah yang memberi manfaat bagi orang banyak. Ia berharap apa yang dilakukan bisa memberi inspirasi bagi banyak orang khususnya generasi muda untuk terus memberi manfaat pada sesama.

 

Penulis Rahmat Adi