Pages

Rabu, 28 Maret 2018

TB Penyakit Menular Yang Mematikan


d
r. Erlina Burhan MSc, Sp. P (K) adalah seorang dokter wanita yang bergerak atau mempunyai keahlian di bidang spesialist paru dari Rumah Sakit Persahabatan dan juga seorang ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jakarta.
 

Beliau akan menjelaskan tentang penyakit TBC yang di peringati tanggal 24 Maret sebagai hari TB sedunia. TB adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. 

Yang menemukan kuman TB adalah Dr. Robert Koch dari Jerman pada tahun 1882. Dan temuan ini diumumkan pada 24 Maret, itulah sebabnya 24 Maret menjadi hari TB sedunia.
 
Penyakit TB itu bukan penyakit keturunan, bukan disebabkan oleh kutukan dan juga bukan guna-guna atau santet. 

Seharusnya penyakit TB itu tidak jadi masalah karena kumannya sudah diketahui dan obatnya pun ada. Bisa sembuh total asalkan dilakukan selama 6 bulan teratur.

Tetapi jika belum 6 bulan dan sudah dilakukan pemberhentian obat serta penyembuhan, maka kumannya nanti akan bermutasi menjadi kuman resisten atau kuman yang kebal terhadap obat. 

TB (Tuberkulosis) dapat menyerang organ paru-paru tetapi dapat juga menyerang organ bagian tubuh lain seperti kelenjar getah bening, selaput otak, usus, kulit, tulang, saluran kemih, saluran reproduksi, mata dan tenggorokkan.
 
Dalam waktu 1 tahun, 1 orang penderita TB dapat menularkan penyakitnya pada 10-15 orang di sekitarnya. 

Dan penyakit TB tidak menular melalui makanan, piring, gelas ataupun pakaian. Untuk memeriksa dan menjalani pengobatan agar sembuh dari penyakit TB, penderita TB dapat berkonsultasi dan memeriksakan dirinya ke :

*Puskesmas
*Klinik Rumah Sakit
*Praktek Dokter Umum
*Dokter Ahli Paru/Penyakit Dalam

Adapun tujuan dalam penyembuhan penyakit TB, yaitu :

*Menyembuhkan pasien dan memperbaiki kualitas hidup s/d produktifitas
*Mencegah kematian akibat TB aktif dan akibatnya
*Mencegah kekambuhan
*Mencegah penularan ke orang lain
*mencegah berkembangnya dan transmisi resistensi obat

Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik dan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif. Bila Tuberkulosis tidak diobati maka lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal.

Infeksi pada organ lain menimbulkan gejala yang bermacam-macam. Diagnosis TB aktif bergantung pada hasil radiologi (biasanya melalui sinar-X dada) serta pemeriksaan mikroskopis dan pembuatan kultur mikrobiologis cairan tubuh. 

Sementara itu, diagnosis TB laten bergantung pada tes tuberkulin kulit/tuberculin skin test  (TST) dan tes darah. Pengobatan sulit dilakukan dan memerlukan pemberian banyak macam antibiotik dalam jangka waktu lama.

Orang-orang yang melakukan kontak juga harus menjalani tes dan diobati bila perlu. Resistensi antibiotik merupakan masalah yang bertambah besar pada infeksi tuberkulosis resisten multi-obat  (TB MDR). 

Untuk mencegah TB, semua orang harus menjalani tes penyakit tersebut dan mendapatkan vaksinasi basil Calmette–Guérin.

Pada tahun 2010, diperkirakan terjadi pertambahan kasus baru sebanyak 8.8 juta kasus, dan 1,5 juta kematian yang mayoritas terjadi di negara berkembang. 

Angka mutlak kasus Tuberkulosis mulai menurun semenjak tahun 2006, sementara kasus baru mulai menurun sejak tahun 2002. Tuberkulosis tidak tersebar secara merata di seluruh dunia. 

Dari populasi di berbagai negara di Asia dan Afrika yang melakukan tes tuberkulin, 80%-nya menunjukkan hasil positif, sementara di Amerika Serikat, hanya 5–10% saja yang menunjukkan hasil positif.

Masyarakat di dunia berkembang  semakin banyak yang menderita Tuberkulosis karena kekebalan tubuh mereka yang lemah. 

Biasanya, mereka mengidap Tuberkulosis akibat terinfeksi virus HIV dan berkembang menjadi AIDS.

Pada tahun 1990-an Indonesia berada pada peringkat-3 dunia penderita TB, tetapi keadaan telah membaik dan pada tahun 2013 menjadi peringkat-5 dunia. 

Sejak tahun 2011, satu-satunya vaksin  yang tersedia adalah bacillus Calmette–Guérin (BCG). 

Walaupun BCG efektif melawan penyakit yang menyebar pada masa kanak-kanak, masih terdapat perlindungan yang inkonsisten terhadap TB paru.

Namun, ini adalah vaksin yang paling umum digunakan di dunia, dengan lebih dari 90% anak-anak yang mendapat vaksinasi. 

Bagaimanapun, imunitas yang ditimbulkan akan berkurang setelah kurang lebih sepuluh tahun.

Tuberkulosis tidak umum di sebagian besar Kanada, Inggris Raya, dan Amerika Serikat, jadi BCG hanya diberikan kepada orang dengan resiko tinggi.

Satu alasan vaksin ini tidak digunakan adalah karena vaksin ini menyebabkan tes kulit tuberlulin  memberikan positif palsu, sehingga tes ini tidak membantu dalam penyaringan penyakit. Jenis vaksin baru masih sedang dikembangkan.

Karena kuman TB ada di mana-mana termasuk di Mall, Kantor dan tentunya juga di Rumah Sakit, maka pencegahan yang paling efektif adalah Gaya Hidup untuk menunjang Ketahanan Tubuh kita:
·         Cukup gizi, jangan telat makan
·         Cukup istirahat, jika capai istirahat dulu
·         Jangan Stres Fisik, capai berlebihan
·       Jangan Stres Mental, berusahalah berpikir positip dan legowo (bisa menerima)

Bimtamg tamu & para artis yang berbicara tentang bahaya dan penyembuhan TB




1 komentar: